“Depresi
Terselubung” kata itu lah yang aku dengar ketika aku pergi ke sebuah Rumah
Sakit ternama di daerahku, aku tak begitu terkejut dengan penyakit yang aku derita.
Mengapa? Karena aku memang sering menyembukan semua depresi ku dari
orang-orang, aku cendrung tertutup terhadap semua masalah yang aku derita. Namun
di balik itu semua, aku sering menangis, menyesal dengan kehidupan ku yang
begitu banyak di terpa masalah demi masalah. Masalah itu datang bertubi-tubi. Aku
sempat hampir “gila” dengan semua itu, namuun mungkin Allah berkata lain, aku
tidak di gilakan…
Mungkin
teman-temanku mengira, aku adalah seorang anak yang periang, heboh, dan tak
pernah memiliki masalah apapun. Namun kenyataan di balik itu semua? Aku tak
mampu untuk membendung masalah yang menimpa ku. Ya, mungkin sejenak aku dapat
melupakan semua itu, namun hanya sejenak, tak mampu untuk selamanya… Wajar kan,
jika aku selalu menangis dalam hatiku, ketika teman-temanku bercerita tentang
indahnya keluarga mereka. Sering aku terdiam mendengarkan mereka bercerita,
entah apa yang aku pikirkan.
Aku
iri melihat mereka, orang tua mereka mampu mengerti mereka, tetapi aku? Oh
tidak!!! Mereka sama sekali tak dapat mengerti aku, terlebih lagi aku tinggal
bersama ibuku dan ayah tiriku. Aku di nafkahi oleh ayah tiriku, ayah kandungku
tak mau menafkahi aku, dia lebih memilih menafkahi istri baru dan anak-anaknya
yang sekarang. Ohh…. Betapa sakitnya hatiiku, ketika aku menyadarinya.
Aku
berfikir bahwa aku hanya seorang gelandangan yang di ambil dari luar sana, dan
di nafkahi karena rasa kasihan… Padahal, aku masih mempunyai orang tua yang
masih hidup, meskipun mereka berpisah, tapi aku memiliki mereka. Namun kenyataannya
saat ini, aku bagaikan tak memiliki keduanya. Kenyataan ini, membuatku membenci
ayah kandungku sendiri, dan aku juga merasa malu dengan ibuku, aku seakan
terlalu menyusahkannya, karena aku ada, dia selalu tak bisa hidup bahagia
dengan suami dan anak-anaknya yang sekarang.
Ibu
juga sempat berkata seperti ini “Kau itu kan dibiayai sama dia, bukan ayahmu”
Saat
itu, aku merasa, aku hanya sebatang kara saja, tak mempunyai siapa-siapa di
hidupku, ingin ku berlari, dan berteriak sekuat mungkin untuk menghilangkan
beban ini, sedikit saja. Sempat juga terpikir di benakku, untuk pergi menjauh
dari kehidupan mereka, aku tak ingin menyusahkan mereka. Tapi apa? Aku masih
remaja, dan aku seorang wanita, aku takut dengan kerasnya kehidupan di luar
sana.
Dan
akhirnya, aku harus menyusahkan ibuku dan ayah tiriku, yang seharusnya mereka
bisa hidup bahagia dengan buah hati mereka. Aku bagaikan perusak kebahagiaan
mereka. Namun, aku berjanji kepada diriku, kelak suatu hari nanti ketika sudah
saatnya, aku akan pergi menjauh dari kehidupan mereka, dan aku akan membalas
semua yang telah ibu dan ayah tiriku korbankan kepadaku.
Terkadang,
sering aku mengingat indahnya masa kecilku. Dipeluk, dicium, dimanja oleh kedua
orang tua kandungku. Namun, ketika keduanya saling membenci, di saat itulah aku
kehilangan seluruh kebahagiaanku. Saat itu, aku tak tau apa yang terjadi pada mereka
berdua. Aku hanya anak kecil yang belum mengerti apa-apa, umurku masih 4 tahun
ketika itu.
Dari
percerain itu, aku kehilangan perhatian dari kedua orang tuaku, padahal saat
itu, aku masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari mereka
berdua. Sempat juga terpikir di benakku, mengapa mereka begitu tega kepadaku,
menghancurkan masa depanku, dan tak memperdulikan apa yang akan terjadi padaku
di suatu hari nanti.
Benarkan?
Aku hanya benalu dan parasit bagi mereka, aku tak ada gunanya bagi mereka, aku cuma
bisa menyusahkan mereka saja, menambah beban bagi mereka.
2 komentar:
Semoga menjadi blogger yang paten ya :D oyah, maen-maen lah sekali-sekali ke weblog kami di http://www.ceritamedan.com disana bisa kasih komentar dan promo link blog juga kok :D dan sudah dipasang blog ini di weblog kami
Hahaaa..
blog ini cuma untuk curhat..
tapi, terima kasih atas pujiannya..
yaa sudah saya kunjungi kok :)
Post a Comment