Search This Blog

Friday, 18 November 2016

Kenapa Bisa Terjadi?

Bagaimana bisa aku jatuh cinta terhadap seorang seperti dia?
Bagaimana bisa aku tersenyum lepas hanya dengan melihatnya dari jauh?
Bagaimana bisa aku merasa deg deg an ketika berada di dekatnya?
Bagaimana bisa dia mebuatku melupakannya?
Bagaimana bisa aku menyukai seseorang yang bahkan aku tak tahu bagaimana dirinya.
Cinta dalam diam, hanya bisa ku sebut dengan itu. Aku tersenyum hanya dengan melihatnya dari kejauhan, walaupun dari kejauhan itu aku melihatnya sedang bercanda tawa dengan seorang wanita cantik. Biarpun ada rasa sedikit cemburu, namun itu semua tergoyahkan dengan senyumku yang tiba2 merekah. Aku senang ketika dia sedang bercanda tawa denganku, walaupun aku tau, bukan hanya aku yang sering dia buat tertawa. Tapi walaupun begitu, aku tetap saja mencintainya dalam diam. Sosoknya yang tidak sempurna, tapi aku yakin dia bisa membuatku sempurna. Entahlah, aku merasa jatuh cinta kembali, entah memang pantas ku sebut cinta, atau sebenarnya hanya ku sebut kagum.
Ah, tak mungkin. Aku sering tersenyum melihatnya dari kejauhan. Aku yakin ini jatuh cinta. Tapi walaupun begitu, aku hanya memendam rasa ini sebagai seorang wanita.
Memikirkannya disetiap malam ketika hendak tidur. Mengingat setiap aku melihatnya. Dan terkadang mendambanya.
Entahlah, aku pun tak mengerti kenapa bisa aku jatuh hati pada dirinya. Aku juga gatau bagaimana caranya hatiku masukkan namanya. Aku harap dia mengetahui ini semua.
Apa? Oh tidak, aku gak berharap dia untuk merasakan hal yang sama juga denganku. Karna aku tahu, pasti ada seseorang yang mengisi hatinya saat ini. Dan aku yakin, itu bukan aku.
Yah, jelas sekali. Aku bukanlah tipe seorang wanita yang dia sukai. Karna aku yakin, dia pasti mencari seorang wanita yang baik, yah sangat baik. Baik itu lembut perangainya, teduh wajahnya, dan lembut suaranya. Sangat berbeda jauh denganku yang bisa dibilang kebalikan dari itu semua.
Aku yakin dengan teori bahwa seseorang pasti tahu jika ada yang memikirkannya, sejenis telepati. Dan karena aku yakin....
Saat ini aku memikirkanmu dengan segenap hatiku, aku berharap hatimu mampu mendengarkan apa yang dirasakan oleh hatiku. Dan kau mengetahui ini, tanpa aku mengucapkannya.

Pembunuh Karakterku



Layaknya sosok pembunuh karakter. Entah memang harus seperti itu aku menyebutnya, entah memang karakterku yang harus berubah. Aku benci berubah jika itu terkait dengan diriku. Aku benci bila harus bertingkah menjadi orang lain.
Entahlah, ibarat sisi gelap dan terang sedang menyombongkan diri siapa yang lebih hebat.  Terkadang sifat ego mementingkan diri sendiri itu muncul, namun sifat pengecut juga muncul. Akal sehat pun tak mampu lagi berfikir bagaimana harusnya bersikap. Hanya diam, memandang sesuatu dan melepaskan beban fikiran.
Mereka bilang itu semua karena aku mematikan hati, menutup cinta yang hendak masuk, merelakan hati yang ingin disiram namun tak diberi air. Menikmati sakit serta perih secara bersamaan, sendirian. Hanya sendiri, yaa hanya sendiri.
Lelah. Aku lelah memikirkan itu semua, aku bukanlah jantung yang tak pernah lelah berhenti untuk berdetak. Aku tak pernah mengerti apa sebenarnya karakter ini, masuk kemana ia? Ego, pengecut, tak pernah bisa berjanji dengan diri sendiri.
Ibarat telur, memiliki pertahanan yang kuat, namun memiliki 2 sisi di dalamnya, sulit untuk disatukan. Menyatukannya pun harus dengan goncangan yang sangat kuat. Sudahlah pikirkan sendiri bagaimana aku akan melanjutnya kata itu untuk menggambarkan aku.
Kembali pada cerita hati. Aku punya hati. Tapi aku tak tau cara menggunakannya. Oh tidak, sepertinya aku hanya lupa bagaimana cara menggunakannya. Entahlah aku pun bingung bagaiamna mengutarakannya.
Sudahlah sepertinya aku mengantuk….

Template by:

Free Blog Templates