Search This Blog

Friday, 18 November 2016

Pembunuh Karakterku



Layaknya sosok pembunuh karakter. Entah memang harus seperti itu aku menyebutnya, entah memang karakterku yang harus berubah. Aku benci berubah jika itu terkait dengan diriku. Aku benci bila harus bertingkah menjadi orang lain.
Entahlah, ibarat sisi gelap dan terang sedang menyombongkan diri siapa yang lebih hebat.  Terkadang sifat ego mementingkan diri sendiri itu muncul, namun sifat pengecut juga muncul. Akal sehat pun tak mampu lagi berfikir bagaimana harusnya bersikap. Hanya diam, memandang sesuatu dan melepaskan beban fikiran.
Mereka bilang itu semua karena aku mematikan hati, menutup cinta yang hendak masuk, merelakan hati yang ingin disiram namun tak diberi air. Menikmati sakit serta perih secara bersamaan, sendirian. Hanya sendiri, yaa hanya sendiri.
Lelah. Aku lelah memikirkan itu semua, aku bukanlah jantung yang tak pernah lelah berhenti untuk berdetak. Aku tak pernah mengerti apa sebenarnya karakter ini, masuk kemana ia? Ego, pengecut, tak pernah bisa berjanji dengan diri sendiri.
Ibarat telur, memiliki pertahanan yang kuat, namun memiliki 2 sisi di dalamnya, sulit untuk disatukan. Menyatukannya pun harus dengan goncangan yang sangat kuat. Sudahlah pikirkan sendiri bagaimana aku akan melanjutnya kata itu untuk menggambarkan aku.
Kembali pada cerita hati. Aku punya hati. Tapi aku tak tau cara menggunakannya. Oh tidak, sepertinya aku hanya lupa bagaimana cara menggunakannya. Entahlah aku pun bingung bagaiamna mengutarakannya.
Sudahlah sepertinya aku mengantuk….

0 komentar:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates